Pada tahun 1521 M atau 1443 Saka, para wali Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus menyempurnakan pertunjukan wayang dengan pemakaian kelir, blencong untuk pertunjukan semalam suntuk.
Gareng
Ciri-ciri Gareng
Ciri utama gareng adalah mempunyai mata kero (juling), hidungnya bulat, tangan ceko (bengkok berkelok) dan berkaki pincang (kaki depan lebih pendek dari kaki belakang sehingga harus berjinjit ketika sendang berjalan).
Ukuran dalam pewayangan normalnya panjang 35 cm dan lebarnya 15 cm.
Dasanama
Nala Gareng, Nalawangsa , Pancalpamor, Pegatwaja
Masa Lalu GarengMenurut lakon “Bathara Ismaya Krama”, diceritakan bahwa resi Sukskadi di padepokan Bululuktiba mempunyai anak bernama Bambang Sukskati yang sedang bertapa di bukit Candala. Setelah menjalankan tapanya, Bambang Sukskati mohon diri kepada ayahnya untuk pergi menahlukkan raja-raja. Pada saat yang sama di padepokan Kembangsore berdiam seorang pendeta gandarwa bermana Begawan Salantara, yang mempunyai anak bernama Bambang Panyukilan yang juga bersamadi di tengah hutan. Sesudah menyelesaikan tapanya, ia juga minta diri kepada ayahnya untuk pergi menguji kesaktiannya.
Dari perkelahian yang berimbang tadi telah berakibat rusaklah wajah dan wujud keduanya menjadi sangat jelek. Kemudian oleh Batara Ismaya kedua ksatria tersebut diberi nama baru :
Bambang Panyukilan menjadi Nala Petruk
Bambang Sukskati menjadi Nala Gareng
Batara Ismaya kemudian memberikan wejangan ilmu kesempurnaan kepada mereka berdua dan mereka kemudian mengabdi kepada Batara Ismaya. Keduanya diakui sebagai anak oleh Batara Ismaya. Dengan urutan Gareng, Petruk dan Bagong.
Keluarga Gareng
Nala Gareng menikah dengan Dewi Sariwati, putri Prabu Sarawasesa dengan permaisuri Dewi Saradewati dari negara Salarengka. Perjuangan mendapatkan istrinya dibantu oleh Resi Tritrusta dari negara Purwaduksina.
Gareng dalam pewayangan
Nala gareng pernah menjadi raja dengan gelar Prabu Pandupragola atau Prabu Pandupracola. Kekuasaan Gareng berada di negara Rancanggeribig atau Paranggumiwang. Dikisahkan bahwa Prabu Pandupragola akan menahlukkan semua raja-raja, termasuk Pandawa ditahlukannya. Penasihat Amarta, Prabu Kresna menasihati agar Petruk menghadapi Prabu Pandupragola. Petruk awalnya tidak mau, karena Pandawa pun kalah, apalagi Petruk. Akhirnya dinasihati oleh Semar untuk tetap menghadapi Prabu Pandupragola.Akhirnya terjadilah perang antara Pandupragola dan Petruk. Hingga akhirnya, Pandupragola kembali kepada wujud aslinya Gareng.
Ketika ditanya oleh Kresna, apa yang menyebabkan Gareng berlaku demikian adalah sebagai pengingat kepada Pandawa selalu waspada dan tidak melupakan para kawulanya.
Simbol Gareng
Hidung besar : pandai dan tajam penciumannya
Mata Juling dengan melirik ke atas dan ke samping : melihat suatu persoalan tidak hanya melihat apa yang dilihat di depannya saja, tetapi memperhatikan keadaan sekelilingnya dengan cermat.
Tangan yang Ceko : tidak ada keinginan mengambil dan memiliki apa yang dilihat dan diinginkannya
Kaki pincang : setiap langkah selalu diperhitungkan dan sangat hati-hati
Wanda Gareng
Wregul
Adeg Angrong
Jangga Panjang
Praupan Longok
Pundak Pajeg
Badan Weweg
Praian Ciut
Kancil
Adegipun Pajeg
Jangga Celak
Bahu andap ngajeng
Praian Wiyar
Badan Kera Wiwing
Gembor
Adegipun Pajeg
Jangga Celak
Praupan Abeker, Tumungkul
Pundak Pajeg
Badan Weweg
Praian Wiyar
Gandrung
Bayang
Yanggleng
Jangkrik
Koral
Pacet
Sumber :
1. Ensiklopedi Wayang Purwo I (Compendium)
2. Wayang Kulit Purwa – Klasifikasi, Jenis dan Sejarah oleh Soekatno, BA
3. Bayang-bayang Adhiluhung oleh S. Haryanto
4. Wanda Wajang Purwa oleh R. Sutrisno
5. Berbagai sumber lainnya
- Log in to post comments